Pernah Dengar Ungkapan Buy the Dip? Ternyata Ini Arti dan Cara Melakukannya

Bagi yang telah lama berkecimpung di dunia investasi, apalagi saham dan crypto, ungkapan buy the dip tentu tidak asing terdengar di telinga. Biasanya, ungkapan ini dicetuskan oleh pemain pasar modal atau crypto ketika tertarik untuk membeli aset yang nilainya menurun dalam beberapa waktu terakhir. 

Karena berada di titik yang rendah, tidak sedikit investor atau trader yang meyakini jika harga aset tersebut akan terkoreksi dan kembali naik dalam waktu dekat. Meski begitu, kondisi tersebut tak serta merta menjadi langkah tepat untuk melakukan buy the dip sebelum mempertimbangkan beberapa hal penting seputarnya. 

Nah, untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengertian buy the dip, termasuk cara melakukan, batasan, dan tips mengelola resikonya, berikut telah terangkum panduan lengkapnya. 

Bingung cari investasi Reksa Dana yang aman dan menguntungkan? Cermati solusinya!

Mulai Berinvestasi Sekarang!  

Apa Itu Buy the Dip?

loader

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, buy the dip adalah istilah atau ungkapan yang kerap digunakan investor maupun trader mata uang crypto untuk membeli aset ketika harga menurun atau di titik yang rendah. Dengan strategi ini, mereka membeli sebuah aset ketika harganya jauh lebih rendah dari sebelumnya dan berharap kembali naik agar mampu memperoleh keuntungan di waktu mendatang.

Bisa juga disingkat sebagai BTD, istilah buy the dip dianggap sebagai kepercayaan jika membeli sebuah aset di harga lebih rendah selayaknya membeli aset yang didiskon dan dalam waktu dekat akan mengalami pembalikan dan kembali menaikkan nilainya.

Meskipun tidak selalu langsung memberikan keuntungan dalam waktu dekat, tapi melakukan langkah buy the dip berpotensi tinggi memberikan imbal hasil dalam jangka panjang. Sebaliknya, langkah ini malah bisa menjadi bumerang ketika terjadi tren penurunan lanjutan dan memberikan kerugian lebih dalam lagi bagi investor. 

Dalam kata lain, strategi ini bisa dilakukan untuk menurunkan biaya rata-rata dari memiliki aset atau posisinya. Meski begitu, untuk menyiasati resiko dan mengoptimalkan imbal hasilnya, langkah dip buying perlu secara konstan dievaluasi oleh investor atau trader. 

Cara Melakukan Buy the Dip

Sebagai istilah yang umum dipahami investor dan trader, tentu tidak sedikit orang tertarik untuk melakukan buy the dip. Bahkan, biasanya langkah ini langsung dilakukan oleh sebagian investor atau trader meski sebuah aset baru mengalami penurunan harga dalam jangka pendek. 

Pada dasarnya, ketika Anda membeli sebuah aset ketika harganya menurun dari tingkat yang lebih tinggi, hal tersebut bisa disebut sebagai langkah buy the dip. Karena posisinya yang lebih rendah tersebut, investor menganggapnya sebagai kesempatan untuk membeli aset di harga diskon dan meyakini adanya potensi kenaikan harga di masa depan ketika rebound

Tapi, buy the dip sebenarnya memiliki beberapa konteks dan potensi berbeda agar bisa memberi imbal hasil yang menguntungkan tergantung dari situasi pasar dan asetnya. Beberapa trader beranggapan jika strategi ini idealnya dilakukan ketika sebuah aset mengalami penurunan harga dalam tren kenaikan harga jangka panjang. Sehingga, mereka berharap jika uptrend tersebut masih berlangsung setelah terjadi penurunan sesaat. 

Selain itu, ada sebagian pihak yang menggunakan frasa ini ketika tidak ada tren kenaikan harga lanjutan yang terjadi, tapi percaya jika tren tersebut akan terjadi di waktu mendatang. Sehingga, mereka membeli aset ketika harganya turun agar bisa mendulang keuntungan dari potensi kenaikan harga kembali. 

Jika investor telah lama membeli aset secara konsisten lalu membeli di harga dip, bisa dibilang mereka melakukan strategi averaging down. Bagi yang belum tahu, averaging down adalah strategi investasi untuk terus membeli sebuah aset di meski harganya menurun dan membuat harga rerata pembelian investor lebih rendah. 

Namun, jika ternyata setelah melakukan buy the dip harga tak kunjung naik dan malah terus menurun, hal tersebut dikenal dengan istilah “adding to a loser” karena investor menelan kerugian. 

Batasan Strategi Buy the Dip

Selayaknya strategi trading lainnya, buy the dip tidak menjamin keuntungan bisa didapat investor atau trader. Sebuah aset bisa mengalami penurunan harga karena berbagai alasan, seperti perubahan pada nilai dasar dan sebagainya. Hanya karena harga aset dianggap lebih murah dibanding sebelumnya, hal ini tak serta merta berarti potensi investasi di aset tersebut menjanjikan. 

Masalahnya, tidak sedikit investor mempunyai kemampuan dalam membedakan penurunan temporer pada harga dan sinyal waspada jika harga tersebut malah akan terus menurun. Meski ada tanda nilai intrinsik, membeli saham lebih banyak sekadar untuk menekan rerata biaya kepemilikan tidak selalu menjadi alasan bagus untuk meningkatkan persentase portofolio investor melalui buy the dip. 

Biasanya, saham yang turun ke harga yang terbilang masih wajar merupakan indikasi bagus untuk melakukan buy the dip. Tapi, tetap saja Anda masih perlu mempertimbangkan alasan penurunan harga aset tersebut, apakah karena perubahan pendapatan, perubahan manajemen, dan sebagainya. Jika dirasa penyebab penurunan harga adalah hal yang masih bisa dimaklumi, buy the dip bisa menjadi langkah bijak untuk diambil karena potensi kenaikan harga tergolong tinggi untuk terjadi.

Tips Menyiasati Risiko Buy the Dip

loader

Semua strategi investasi dan trading pasti mempunyai cara tersendiri untuk mengontrol risiko. Ketika membeli sebuah aset yang harganya telah menurun, banyak trader atau investor akan menentukan nominal harga untuk mengantisipasi resiko nya. 

Sebagai contoh, sebuah saham mengalami penurunan harga dari 500 rupiah menjadi 400 rupiah, dan investor memutuskan untuk memotong kerugiannya ketika saham mencapai harga 350 rupiah. Mereka menganggap jika harga saham tersebut akan meningkat dari angka 400 rupiah sehingga memutuskan untuk buy the dip. Tapi, mereka juga tetap ingin membatasi risiko kerugiannya ketika anggapan uptrend tersebut salah dan harga saham malah terus menurun. 

Penggunaan buy the dip cenderung memberi hasil lebih baik pada aset yang sedang mengalami uptrend atau tren kenaikan harga. Dip, atau yang bisa juga disebut sebagai pullback, merupakan penurunan harga yang wajar terjadi pada uptrend. Selama harga membuat nilai rendah yang lebih tinggi dan harga tinggi yang melampaui harga puncak sebelumnya, tren kenaikan harga bisa dibilang masih akan terus berlanjut secara menjanjikan. 

Namun, saat tren harga telah menunjukkan harga rendah yang lebih rendah dari sebelumnya, downtrend bisa dianggap sudah atau akan terjadi. Harga aset tersebut akan terus mengalami penurunan dan investor harus segera keluar dari tren penurunan harga tersebut agar terhindar dari risiko kerugian. 

Akan tetapi, melakukan buy the dip ketika downtrend bisa jadi langkah yang tepat bagi investor jangka panjang yang melihat nilai dari aset yang harganya menurun. 

Analisis Dulu Kondisi Pasar dan Tren Harga Sebelum Melakukan Buy the Dip

Itulah penjelasan tentang buy the dip sebagai ungkapan yang biasa didengar oleh investor dan trader instrumen berisiko tinggi seperti saham dan mata uang crypto. Sebenarnya, istilah ini mengacu pada aktivitas membeli aset yang harganya menurun dengan harapan nilainya kembali naik di masa depan. Untuk merealisasikan hal tersebut dan meraih keuntungan optimal dari strategi ini, Anda perlu menganalisis kondisi pasar serta tren harga dari aset guna memastikan jaminan pembalikan harga terjadi.