Strategi Penting Investasi, Ini Pengertian Rebalancing, Tujuan, dan Beragam Jenisnya

Investasi adalah salah satu aktivitas keuangan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan imbal hasil di masa depan. Agar bisa mewujudkan tujuan tersebut, dalam dunia investasi dikenal berbagai macam strategi yang penting untuk diketahui oleh investor, salah satunya adalah rebalancing. 

Dengan kondisi pasar investasi yang sering kali tidak menentu, setiap investor tentu ingin agar portofolio investasi yang dimilikinya bisa terus bertumbuh. Oleh karena itu, agar tujuan investasi bisa tercapai, misalnya pada tabungan pendidikan, tabungan hari tua, dan beragam tabungan berjangka panjang lainnya, strategi rebalancing penting dilakukan. 

Yang menjadi pertanyaan, bagaimana strategi rebalancing ini bisa dijalankan? Untuk memahaminya lebih lanjut, simak panduan lengkap tentang strategi rebalancing, termasuk tujuan, jenis, dan waktu tepat untuk melakukannya berikut ini.

Bingung cari investasi Reksa Dana yang aman dan menguntungkan? Cermati solusinya!

Mulai Berinvestasi Sekarang!  

Apa Itu Rebalancing?

loader

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, rebalancing adalah salah satu strategi investasi yang penting untuk dipahami oleh setiap investor. Secara umum, strategi ini dilakukan dengan tujuan untuk menjamin portofolio investasi milik investor bisa mempertahankan alokasi asetnya yang diinginkan seiring waktu. 

Strategi rebalancing sendiri dilakukan dengan melibatkan langkah penyesuaian bobot terkait alokasi berbagai saham portofolio pada tingkat yang ditentukan sesuai rencana investasi. Level atau tingkatan ini disusun menyesuaikan toleransi risiko atau profil risiko yang dimiliki oleh investor. Selain itu, tingkatan alokasi dalam portofolio yang disesuaikan melalui rebalancing juga disesuaikan dengan besaran imbal hasil yang diinginkan investor. 

Sehingga, melalui penggunaan strategi ini, investor bisa memastikan jika komposisi portofolio investasinya seimbang. Di samping itu, investor juga bisa terus memantau secara rutin pergerakan dari pasar saham dan mengambil keputusan investasi yang optimal agar potensi tujuan finansialnya tercapai menjadi lebih tinggi.

Tujuan dari Dilakukannya Rebalancing

Jadi, apa tujuan dari melakukan rebalancing ini? Pada dasarnya, tujuan utama strategi rebalancing adalah mengelola risiko dari portofolio investasi yang dimiliki oleh investor. Seperti yang kita tahu, pengelolaan risiko merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh investor. 

Melalui pengelolaan risiko, investor bisa mencegah portofolionya terbebani pada suatu kelas tertentu. Sebab, investasi pada jenis aset atau instrumen tertentu bisa meningkatkan paparan atas fluktuasi pasar serta risiko lainnya. 

Dengan melakukan rebalancing, investor bisa memastikan jika portofolionya tetap mampu berjalan sesuai dengan target atau tujuan finansial yang telah ditentukan. Di samping itu, rebalancing juga bisa menjadi strategi untuk menoleransi dan menyiasati risiko investasi yang mungkin terjadi. 

Berbeda dari strategi investasi lainnya, seperti stock picking atau market timing, rebalancing tak berfokus untuk memaksimalkan potensi keuntungan atau imbal hasil investasi. Melainkan, strategi ini lebih mengutamakan kestabilan dari portofolio investasi dan menjamin pertumbuhannya terjaga sesuai dengan tujuan atau rencana yang telah ditentukan sebelumnya. 

Waktu Terbaik Melakukan Rebalancing

Sebenarnya, tidak ada acuan khusus terkait kapan waktu atau jadwal terbaik untuk melakukan proses rebalancing. Semuanya tergantung dari keinginan investor atau pertimbangannya apakah sudah tiba saatnya untuk melakukan rebalancing atau belum.

Meski begitu, terkait penentuan waktu terbaik melakukan rebalancing, ada beberapa hal yang penting untuk dipertimbangkan, antara lain:

1. Waktu

Pendekatan dari strategi rebalancing bisa dilakukan dengan menyusun waktu atau jadwalnya sendiri secara rutin sesuai keinginan investor. Waktu yang ditentukan oleh investor bisa secara berkala, misalnya sekali setiap bulan, setiap 6 bulan, ataupun per tahun. Pendekatan tersebut juga bisa mempengaruhi kondisi psikologis investor.

Sebab, proses rebalancing yang dilakukan terlalu sering bisa menyebabkan investor untuk mengambil keputusan investasi dengan dasar perasaan atau emosional. Sehingga, risikonya untuk berlawanan atau tak sesuai dengan tujuan investasi jangka panjangnya menjadi lebih tinggi. 

Berdasarkan studi, diketahui jika investor bisa mengubah pengelolaan atau alokasi asetnya dengan dasar kondisi atau fluktuasi pasar yang ekstrem. Jadi, pengelolaannya tidak lagi dilakukan berdasarkan dari tujuan akhir investasinya. 

2. Batas Toleransi Investor

Hal lain yang perlu diperhatikan untuk menentukan waktu terbaik melakukan rebalancing adalah batas toleransi yang dimiliki oleh investor. Konteks ini berkaitan erat dengan profil risiko dari pihak investor selaku pemilik portofolio investasi. 

Biasa disebut sebagai tolerance threshold, batas toleransi adalah rentang persentase dari kisaran alokasi target atau tujuan portofolio investasi yang merupakan batasan bagi investor. Batasan tersebut menentukan kapan waktu untuk melakukan penyeimbangan kembali atau rebalancing pada portofolio investasi milik investor. 

Sebagai contoh, apabila rentang batas toleransi seorang investor adalah sebesar 5 persen dengan target portofolio investasi sejumlah 60 persen di instrumen ekuitas, serta di instrumen pendapatan tetap sebesar 40 persen. 

Rebalancing bakal dilakukan apabila bobot portofolio dari investasi ekuitas berada di angka kurang dari 55 persen, ataupun lebih dari 65 persen. Penyeimbangan kembali atau rebalancing terjadi apabila bobot komponen portofolio tak sesuai atau menyimpang dibanding bobot target hingga melebihi dari batasan toleransi yang sudah ditentukan. 

Tolerance threshold atau batas toleransi adalah standar yang objektif dan bisa membantu investor untuk terhindar dari risiko mengambil keputusan dengan dasar emosional. Jadi, proses rebalancing bisa dilakukan dengan lebih baik menyesuaikan tujuan investasi yang sudah ditentukan. 

Beragam Jenis Strategi Rebalancing

Metode rebalancing sendiri mempunyai berbagai jenis dengan pendekatan yang berbeda-beda. Berikut adalah jenis umum dari penyeimbangan kembali yang perlu kamu pahami. 

1. Kalender

Pada dasarnya, pendekatan rebalancing jenis kalender ini terbilang sederhana. Terkait strateginya sendiri mencakup analisis serta penyesuaian investasi di waktu yang sudah ditentukan sebelumnya oleh pihak investor. 

Untuk investor dengan rencana investasi jangka panjang, proses rebalancing bisa dilakukan setiap setahun sekali. Sedangkan untuk investor jangka pendek atau menengah, jangka waktu melakukan penyeimbangan kembali ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya sebulan sekali atau tiap tiga bulan. 

Lalu, bagaimana agar bisa menentukan frekuensi rebalancing yang ideal? Ada beberapa hal yang bisa kamu perhatikan untuk mengetahuinya, yaitu keterbatasan waktu, batas tarif transaksi, serta toleransi pada pergeseran nilai. Perlu diingat jika dilakukan terlalu sering, penyeimbangan kembali bakal membutuhkan biaya yang tidak sedikit. 

Terkait metode kalender ini, keuntungannya adalah membutuhkan waktu serta biaya lebih sedikit saat dilakukan sesuai kebutuhan. Tapi, kekurangannya, investor menjadi kurang fleksibel melakukan rebalancing di tanggal lain, kendati pasar tengah bergerak dengan signifikan dan membutuhkan respons yang cepat. 

2. Constant Mix Rebalancing

Pada strategi ini, tujuan dilakukannya adalah untuk mengatur kembali terkait rasio aset sesuai toleransi risiko dari investor. Toleransi risiko menjadi dasar pertimbangan yang lebih diperhatikan ketimbang waktu yang sudah ditentukan. 

Penggunaan strategi ini lebih berfokus pada komposisi serta persentase portofolio investasi yang sudah ditentukan. Hal ini mencakup jenis aset dan rentang dari toleransi risiko yang dimiliki oleh investor.

Sebagai contoh, suatu portofolio mempunyai batas toleransi sebesar 5 persen pada tiap aset dengan alokasi sebagai berikut ini.

  • 30 persen pada ekuitas pasar di negara berkembang
  • 30 persen pada saham unggulan 
  • 40 persen pada obligasi pemerintah

Melalui pendekatan ini, tiap kategori aset bisa berfluktuasi dengan batasan toleransi sebesar 5 persen dari alokasinya. Saat bobot salah satu asetnya melampaui batasan yang ditentukan, semua portofolio bakal disesuaikan kembali guna meraih komposisi target awalnya. 

3. Smart Beta

Terakhir ada smart beta, di mana strategi ini memiliki tujuan menyeimbangkan kembali yang mirip dengan metode reguler. Dalam kata lain, strategi ini menyesuaikan perubahan dari nilai saham serta kapitalisasi pasar. Tapi, penerapan smart beta memakai data tambahan pada proses analisisnya. 

Data tambahan ini mencakup kinerja perusahaan berdasarkan dari book value maupun return on capital. Cara tersebut dilakukan karena strategi ini mempunyai pendekatan dengan basis aturan agar terhindar dari ketidaksempurnaan pasar pada investasi indeks. Oleh karenanya, rebalancing jenis smart beta bisa meningkatkan efisiensi dari investasi melalui pendekatan lebih terukur serta sistematis.

Gunakan Metode Rebalancing untuk Lebih Optimal Capai Tujuan Investasi

Intinya, rebalancing adalah salah satu metode yang bisa dilakukan oleh investor untuk memantau kembali jika portofolio investasinya mampu mempertahankan alokasi dari aset yang diinginkan seiring waktu. Melalui cara ini, kamu selaku investor bisa lebih optimal mencapai tujuan investasi. Semoga informasi di atas bisa membantumu lebih memahami tentang istilah rebalancing ini, termasuk tujuan, waktu terbaik, dan jenisnya, ya!